
Budaya di Indonesia sangat beragam dan banyak memiliki makna simbolis di dalamnya. Termasuk adat dan tradisi yang tidak bisa lepas dari diri masayarakat Indonesia. Dalam hal tradisi, ada beberapa yang berupaya untuk melanjutkan tradisi yang sudah turun temurun selalu dilaksanakan oleh masyarakat desa tertentu. Mitoni adalah ritual yang dilaksanakan oleh wanita hamil pertama kali ketika kandungannya genap berusia tujuh bulan. Menurut Gesta Bayuadhy (2015:23) mitoni merupakan upacara terakhir sebelum kelahiran bayinya nanti. Mitoni adalah mendoakan calon bayi dan ibu yang mengandungnya agar selamat sampai saat kelahiran nanti.
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan “Ritual Kejawen Dalam Tradisi Mitoni Di Desa Gandrung Manis Kecamatan Gandrung Mangu Kabupaten Cilacap”. Pemilihan metode kualitatif deskriptif ini diharapkan dapat menjelaskan secara detail ritual yang ada dalam tradisi mitoni. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian ritual kejawen mitoni lebih mendukung jika dilakukan wawancara bukan dalam bentuk angka-angka, selain itu peneliti juga melihat kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam tradisi mitoni. Sehingga dari kegiatan tersebut diperoleh hasil yang berupa deskripsi-deskripsi dari perilaku yang diamati. Selain kegiatan wawancara, hal yang perlu dilakukan yaitu observasi dan dokumentasi, ini menjadi penting karena kegiatan tersebut berguna untuk memperkuat kevaliditasan dari sebuah data
Adapun beberapa tahapan dalam tradisi mitoni, meliputi: sungkeman, siraman, brojolan yang terdiri dari upacara memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain calon ibu oleh sang suami, memasukkan kelapa gading muda dan kemudian dibelah oleh sang suami calon ibu, minum jamu sorongan, serta berganti busana sebanyak 5 kali dengan menggunakan kain jarit yang berbeda motif, dan yang terakhir acara kenduri. Secara teknis penyelenggaraan ritual ini dilaksanakan oleh dukun atau anggota keluaga yang dianggap sebagai yang tertua atau orang sekitar menyebutna sesepuh desa. Kehadiran dukun ini lebih bersifat seremonial, dalam arti mempersiapkan dan melaksanakan upacara-upacara kehamilan.
Tahapan yang dilakukakan, sebagai berikut:
Sungkeman
Rangkaian upacara yang diselenggarakan pada upacara mitoni diawali dengan upacara sungkeman, yang dilakukan oleh calon ibu kepada orang tua, dan suami. Sungkeman ini dimaksudkan untuk memohon doa restu, sebagai ungkapan kesadaran akan adanya tugas yang besar yaitu melahirkan anak, mendidik dan membesarkannya.
Siraman
Kemudian, dilanjutkan dengan upacara siraman atau mandi, merupakan simbol pernyataan pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. Kata “nyirami” merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti ”membahasai seluruh tubuh dengan menyeluruh dan dengan penuh pemaknaan, serta menumbuhkan dalam pikiran bahwa dengan ritual siraman ini memberikan kesehatan dan kesegaran secara jasmani maupun rohani.
Brojolan
Setelah siraman, calon ibu kemudian mengeringkan badan menggunakan handuk atau dengan kain jarit. Dilanjutkan upacara brojolan yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu “memasukan telur ke dalam kain dan kemudian dibiarkan sampai telur tersebut jatuh melewati perut sang calon ibu. Diharapkan ritual ini dapat memberikan hal yang positif terhadap kehamilan sang calon ibu, terutama agar kelahiran si bayi nanti dapat dengan mudah dan tanpa halangan apapun
Memasukan Klapa Gading Muda ke Dalam kain Sarung
Setelah ritual brojolan yaitu memasukan telur ayam kampung ke dalam kain sarung, dilanjutkan dengan memasukkan sepasang kelapa gading muda (cengkir gading) yang telah digambari Kamajaya dan Dewi Ratih, atau Arjuna dan Sembadra ke dalam sarung dari atas perut calon ibu ke bawah. Makna simbolis dari upacara ini adalah agar kelak bayi lahir dengan mudah tanpa kesulitan. Upacara ini dilakukan oleh suami dari ibu calon bayi dan diterima oleh dukun yang membantu dalam ritual ini
Minum Jamu Sorongan
Ritual selanjutnya yang dilakukan oleh calon ibu, yaitu minum jamu sorongan. Ritual ini dilakukan dengan bantuan dukun bayi yang membuatkan jamu untuk diminum ibu calon bayi. Bahan yang digunakan dalam jamu sorongan yaitu kunyit dan jahe yang diberi gula batu sedikit supaya tidak terlalu asam. Makna simbolik dari ritual ini adalah memperlancar persalinan dengan makna dorongan dari penyebutan sorongan tadi. Dalam hal ini berarti bayi bisa lahir dengan cepat dan lancar seperti disurung (didorong)
Berganti Busana atau Kain Jarit Sebanyak 5 atau 7 kali
Kemudian dilanjutkan dengan ritual ritual berganti 5 busana atau jarit, dilakukan dengan menggunakan kainpanjang atau kemben sebanyak 5 buah dengan motif yang berbeda. Motif kainpanjang atau kemben yang akan dipakai dipilih yang terbaik dengan harapan agar kelaksi bayi juga memiliki makna kebaikan-kebaikan yang tersirat pada motif kain.
Kenduri atau slametan
Dalam tradisi Jawa, upacara makan bersama juga menjadi bagian yang penting dari rangkaian upacara mitoni karena dengan makan bersama semua yang hadir diajak mensyukuri rejeki dan anugerah dari Tuhan.

Kemudian dalam acara kenduri ini disuguhkan makanan sebagai syarat dalam ritual kejawen sesuai dengan anjuran dari mbah dukun bayi, antara lain: Tumpeng atau bisa diganti nasi liwet yang disajikan untuk hidangan makan pada saat kenduri. Ubarampe ini memiliki filosofi bahwa semoga bayi akan lahir mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidupnya, dan selalu mendapatkan limpahan berkah dari Yang Maha Kuasa. Kemudian, bubur abang dan bubur putih. Yang memiliki makna untuk menunjukan rasa hormat kepada kaki pamong dan nini pamong, atau bisa dijelaskan secara jelas yaitu menghormati para leluhur. Ubarampe selanjutnya, Daun kelor atau godhong tawa, ubarampe ini digunakan dalam syarat ritual mitoni karena memiliki makna yaitu supaya saat kelahiran bayi nanti terhindar dari halangan dan keburukan, atau dalam orang Jawa menyebutnya tawar atau bersih. Terakhir, ada ubarampe yang tidak dapat ditiggalkan menurut salah satu sesepuh desa tersebut, yaitu Cobek atau ciri, dalam ritual ini juga ada yang memberikan cobek atau ciri dalam sebutan orang Gandrungmangu. Filosofi dari ubarame ini hanya sebagai penghormatan kepada sesepuh yang sudah membantu setiap ritual dalam tradisi mitoni ini dari sungkeman sampai kenduri.

Manfaat spiritual yang ada dalam ritual ini yaitu supaya dalam pikiran manusia atau lahir dan batinya dapat menjalankan kehidupan di dunia ini dengan ayem tentrem dan lebih optimis. Manfaat sosial dari ritual kejawen yaitu berwujud kebersamaan dengan masyarakat lain, dapat menumbuhkan silaturahmi, rasa guyup rukun. Manfaat budaya dalam ritual dalam tradisi ini yaitu sebagai salah satu upaya untuk melestarikan kebudayaan Jawa, supaya kebudayaan yang berwujud ritual kejawen seperti ini tidak hilang dan zaman saat ini.
Harapan dari penulis, semoga nilai-nilai tersebut dapat menjadi perekat sosial budaya masyarakat Jawa. Hal ini dikarenakan nilai spiritual tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Hasil penelitian ini direkomendasikan bagi pemimpin agama dan tokoh adat untuk menerapkan cara ini, dengan menjadikan mitoni sebagai perekat sosial budaya. Output penelitian ini ialah generasi muda masyarakat Jawa diharapkan memahami teologi kejawen khususnya tentang mitoni.
Penulis : Galih Prawita, S.Pd (Guru Mata Pelajaran Bahasa Jawa)
Editor : Mahmudin, S.Kom